Bonjour! yeah, akhirnya aku kembali di bulan Juni. hari ini, aku bakal nge-post sebuah cerpen yang secara tidak sengaja dan beruntung banget aku temuin kemaren di laptop. cerpen ini, sebenernya belum selesai, dan ditulis oleh temenku, namanya Ditya. Tau gak? aku suruh dia nulis tentang aku karena katanya, banyak cerpen yang dia tulis jadi nyata gitu. yaudah, aku suruh dia buat cerpen tentang aku.
Dan setelah kubaca cerpennya, ternyata masih belum kelar :' so..., aku yang ngelanjutin. aku yang buat ending ceritaku sendiri. woah!
So..., this is our collaboration, enjoy reading! ^^
Sepotong
Kisah Teman Seperjuangan
Tak
ada lagi yang harus ku kerjakan. Tak ada lagi yang harus kulakukan. Kini aku
tak berdaya, berbicara pun aku tak sanggup, bahkan jka harus berjalan, tongkat
pun tak mampu menopang badanku. Semua orang tak sanggup lagi mengurusku. Semua
orang juga angkat tangan mengenai masalahku. Mungkin ini adalah cobaan dari Tuhan
Yang Maha Kuasa.
Setiap
pagi, siang, sore, bahkan setiap hari aku hanya bisa duduk dan berbaring di tempat
tidurku ini. Untungnya Tuhan masih memberikanku otak yang kuat dan mata yang sehat
untuk membaca dan mengingat-ingat masa lalu ku—masa-masa di sekolah yang indah.
Semua telah tercatat pada buku catatan tebal dan berdebu yang kini tengah
berada di genggamanku. Kubaca lembar demi lembar, hari demi hari, hingga aku
tiba pada sebuah cerita tentang teman seperjuanganku di bangku SMP yang lalu.
Dia
adalah sosok perempuan paling ceria yang pernah kutemui. Tasyarani, itulah
namanya. Gadis cantik dan cerdas ini adalah salah satu temanku yang sangat
kukagumi. Dia sangat pintar dalam berbahasa inggris, dan juga pelajaran
lainnya. Tapi namanya manusia pasti memiliki kekurangan, dua hal yang selalu
kuingat tentangnya adalah dia phobia dengan ulat bulu dan terkadang dia rada-rada
tidak nyambung saat membicarakan
sesuatu. Temanku yang satu ini sangat hobi membuat cerpen dan novel. Entah itu
fiksi maupun non fiksi. Hampir setiap hari dia sibuk krasak-krusuk dengan
laptopnya, terkadang dengan buku tulis miliknya.
Sama
seperti remaja lainya, Tasya juga memiliki idola dan cita cita yang luar biasa.
Dia sangat ingin pergi ke Thailand menjumpai idolanya, KAO. Dia juga ingin
menjadi penulis cerpen dan novel yang sukses. Tapi untuk mendapatkan semua itu,
dia berjuang sekuat tenaga untuk mengejar cita-citanya itu. Karena ia tahu,
dengan hanya modal bermimpi mustahil semua cita-cita akan tercapai.
Suatu
hari, Tasya mendapatkan info bahwa akan segera diadakan kompetisi membuat
cerpen tentang idola para remaja masa kini. Syarat dan pendaftaran sangat mudah
dan praktis, kini Tasya tinggal mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi
tersebut. Ini adalah kesempatan terbaik untuk membuktikan kepada orang-orang
bahwa bukan hanya orang dewasa yang bisa sukses.
H-7
Tasya sanga sibuk dengan laptopnya. Terkadang saat jam istirahat dia sering
melamun di depan kelasnya. Setiap teman-teman yang lain bertanya, dia hanya
menjawab, “Aku lagi nyari inspirasi untuk cerpenku.”
Dan
begitulah. Dia terus termangu-mangu tanpa menggubris siapapun yang ada di
dekatnya—menunggu inspirasi mampir ke otaknya.
Tiba-tiba,
terbersit dalam benaknya sosok lelaki dengan senyum manis nan ganteng—ya,
idolanya, alias Kao Jirayu. Seketika saat itu juga, Tasya tersenyum-senyum
sendiri seperti orang gila (ngomong-ngomong, dia sering ngaku kalau dia memang
gila) karena sedang memikirkan berbagai hal mengenai idolanya itu. Dan pada
saat itulah, ia memulai aksinya—ah, maksudnya memulai cerpennya.
***
Deadline
adalah malaikan maut. Begitulah anggapan Tasya ketika hari di mana ia harus
menyelesaikan cerpennya sebentar lagi akan tiba. Meskipun sebenarnya cerpennya
itu sudah selesai, namun masih ada begitu banyak kekurangan di dalamnya.
Bagaimana mungkin dia mengirim naskah amburadul
seperti itu? diksi yang pas-pasan, EYD berantakan, judul yang tidak menarik,
dan lain sebagainya.
Terpaksa,
Tasya harus begadang untuk bisa menuntaskan project-nya
hari itu juga. Yah, bisa dikatakan temanku yang satu ini sudah cukup terbiasa
dengan hal semacam itu.
Keesokan
harinya, ketika sudah sampai di sekolah, aku melihat lingkaran hitam di sekitar
matanya. Dia memang mata panda, tapi kali ini kelihatan makin parah! Tak perlu
ditanya, semua mungkin sudah tahu kalau dia habis begadang karena sesuatu yang
belum k-e-l-a-r.
***
Tak
terasa, sudah satu bulan yang lalu Tasya mengalami adegan kejar-kejaran deadline dalam hidupnya. Itu berarti,
hari inilah saatnya tiba—saat pengumuman pemenang lomba cerpen yang ia ikuti
sebulan yang lalu. Walau agak pesimis, tapi Tasya tetap akan menganggap apapun
yang ia dapatkan nanti, akan menjadi sesuatu yang berharga. Dia sudah sering
mengalami kegagalan, sampai-sampai dia menjuluki dirinya sendiri sebagai ‘Miss
Failure’.
Dan
… hasilnya adalah … Tasya gagal.
Hm,
tidak sepenuhnya gagal, sih. Dia hanya gagal mendapatkan peringkat pertama
karena dia berada di peringkat … kedua! Dan itu berarti … dia bisa pergi
menemui idolanya! Kao Jirayu! Itulah hadiah dari tiga orang pemenang lomba
cerpen tersebut.
Itu
adalah awal yang sangat bagus untuk Tasya, karena untuk seterusnya, walaupun
mengalami kegagalan lagi, dia terus maju sampai menjadi seperti sekarang ini.
Aku
menutup buku yang kubaca dengan seulas senyum yang terukir di bibirku. Kini,
aku membayangkan bagaimana kehidupan Tasya yang dengar-dengar sudah menjadi
penulis best-seller itu. Aku sempat
membaca bukunya, dan menurutku itu buku yang bagus.
Dan
itulah cerita tentang teman SMP-ku yang kini sudah sukses meraih mimpinya. Tapi
bukan hanya dia saja yang sukses, teman-temanku yang lainnya juga—dan tentunya,
aku juga.
THE
END
So..., it was the story. And ... untuk Ditya yang mungkin baca postingan ini, I want to say Thank You very much! Oh ya. sepertinya harus ada konfirmasi dari sudut pandangku tentang diriku sendiri yang ditulis sama Ditya di salah satu paragraf. Aku orang yang ceria? terkadang. tapi kalau udah nangis, sampe sesek, trus wajahnya datar terus deh :v trus, aku pinter? salah kali ya. There are so much things that I dont know. trus tentang phobia-ku? Oh, salah banget! aku bukannya takut, cuma enggak suka aja (?) Then, aku sering gak nyambung kalau diajak ngomong. I admit, it. 100% true. trus kalau ditambah dengan sifat lola dan aneh, bisa stres ngomong sama aku :v Dan, satu hal yang perlu diakui adalah, aku sekarang udah enggak terlalu suka sama Kao :v but, kalau dikasi kesempatan buat ketemu, gapapalahh .... aku mau aja, eh maksudnya MAU BANGET!
Oh ya. Sebelum closing, ada satu kalimat yang bikin aku semangat banget dari Ditya:
"Ini adalah kesempatan terbaik untuk membuktikan kepada orang-orang bahwa bukan hanya orang dewasa yang bisa sukses."
What a great quote!
Also, semoga cerpen ini jadi kenyataan. Astungkara. Untuk aku, untuk Ditya, untuk para readers yang punya mimpi dalam hidupnya.
Satu lagi! HAPPY HOLIDAY! have a great holiday, and see ya! ^^)/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar