I think almost all of us can agree that ... 2020 was not our best year.
Awal Januari 2020, kita disambut dengan spekulasi Perang Dunia ke-3 setelah terbunuhnya petinggi pasukan militer Iran, Qassim Soleimani oleh AS. Waduh, awal tahun udah dibikin ketar-ketir. Trus, masih di bulan yang sama, terjadi kebakaran hutan di Australia. Indonesia juga ada banjir di beberapa daerah, tapi hal itu nggak mengejutkan karena banjir di Indo udah kaya yearly event. Oh well, look at how 2020 started!
Ada apalagi ya?
Oh! tentunya ada ... *drumroll* virus corona! Di bulan Februari, corona udah mulai menyebar ke negara-negara selain China, masih ingat kan? Tapi, kala itu, Indonesia aman. Masyarakat imunitasnya kuat bahkan setelah diterpa banjir. Ngga mungkin terinfeksi corona dengan begitu mudahnya! Masih ingat meme berikut?
Masa-masa ketika negara tetangga udah mulai kena corona, Indonesia masih kebal dan nggak takut!
Sampai akhirnya, pada Maret 2020, corona jadi pandemi. Indonesia mulai ngerasain dampaknya. Kita semua mulai ngrasain dampaknya. Ada banyak yang berubah, rencana yang harus batal atau diundur, ekspektasi yang kebanting keras.
But guess what?
Di tengah keresahan, ketidakpastian, atau bahkan kesedihan yang kita rasakan selama pandemi, kita memberikan satu bagian dalam hidup kita waktu untuk healing. Our environment. Our home: earth.
Ketika kita semua harus diam di rumah, tingkat polusi secara global menurun drastis. Begitupun dengan emisi karbon. Selain itu, kualitas udara membaik. Bahkan, langit Jakarta yang tiap hari kelabu mulai kelihatan cerah dan biru. Beberapa binatang liar pun sempat turun ke jalan menikmati kebebasan mereka. Masih ingat, kan?
Kabar baik di 2020, Covid-19 memberikan waktu untuk lingkungan bernapas. Dilansir dari BBC, kadar emisi secara global tiba-tiba merosot 10-30% pada April 2020.
Dan berikut adalah perbandingan tingkat polusi di China ketika corona menyebar semakin marak, mengharuskan China sebagai negara tempat pertama kali virus tersebar, gercep melakukan lockdown.
Source: The Guardian |
Tapi, tapi, tapi ... nothing lasts forever. Tingkat polusi kian meningkat lagi karena manusia mulai bisa beraktivitas dengan normal. Hal ini pun sudah terjadi di China. Berdasarkan laporan dari National Geographic, China yang pertama kali menerapkan lockdown sekaligus yang pertama kali melonggarkan kebijakan itu sekarang polusi udaranya kembali seperti ketika sebelum pandemi. Pada akhirnya, mungkin kita hanya bisa membuat lingkungan pulih ketika terjadi hal-hal tak terduga, bukannya karena rancangan kebijakan atau kebiasaan yang memang serius ingin melakukan pemulihan itu. Btw, hal tak terduga yang setidaknya bisa memulihkan bumi, meskipun hanya sementara terjadi di tahun 2020.
Sisi positif dari 2020, at least.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar