Cerpen yang kalau dibuang sayang :D - My Life My Journey

What's New?

Jumat, 09 Oktober 2015

Cerpen yang kalau dibuang sayang :D

Yosh. ketemu lagi ;D btw, aku langsung aja ya~ mau ngepost cerpen yang dulu sempet ikutin lomba tapi gajadi karena... ah sudahlah. itu penyesalan masa lalu. tak usah diungkit-ungkit lagi.
Karena sangat sayang kalau didiemin di dalem folder, mending posting aja. Yuk, baca ^^


Pelangi Tanpa Warna

“Kakak, apa saja warna yang ada pada pelangi?” tanya seorang gadis kecil berumur tiga belas tahun dengan diiringi seuntai senyum tulus yang menghiasi bibirnya. Serangkaian kata yang berujung pada tanda tanya itu telah mampu membuat lelaki berumur lima belas tahun bergetar hatinya dan tak tahu harus mengatakan apa.
Tidak, lelaki itu tentu tidak sebodoh yang kau pikirkan,  karena ia tak bisa menjawab pertanyaan gadis kecil mengenai warna pelangi. Namun, dirinya duduk mematung tanpa bisa mengatakan apapun karena gadis kecil yang merupakan adiknya itu, selalu memiliki harapan untuk bisa melihat pelangi, walaupun indra penglihatannya mustahil untuk melakukannya.
Tetesan demi tetesan air berjatuhan. Keyla dan kakaknya, Rendy tengah duduk di teras rumah sembari menikmati ketenangan dari suara hujan, yang bagaikan buliran air surga berjatuhan dan menciptakan nada indah saat membentur tanah.
Saat hujan, hawa dingin menjalari seluruh tubuh kakak beradik yang hanya bisa terduduk dalam diam. Salah satunya menunggu jawaban, sedangkan yang satunya lagi tenggelam dalam pikirannya sendiri dengan diliputi oleh rasa bersalah yang mendalam.
“Kakak, kenapa tidak menjawab? Kakak masih di sini, kan?” tanya Keyla dengan tangan yang mulai berkeliaran ke mana-mana untuk memastikan bahwa masih ada seseorang bersamanya. “Iya, aku masih di sini.” Rendy meraih tangan adiknya dengan tatapan nanar. Melihat seulas senyuman yang tersungging pada wajah adik kecilnya itu, membuat hatinya terasa semakin sakit. Kesedihan, kepedihan, dan semua penderitaan yang dialami oleh Keyla, semuanya ada di balik senyumannya itu.
“Warna pelangi…,” Rendy merasa pandangannya memburam karena air mata yang membendung di pelupuk matanya. Perlahan, masa lalu menghampiri benaknya. Membalut segala hal yang ada dalam pikirannya, dan membawanya kembali menuju kejadian enam tahun yang lalu. Kejadian itu membuatnya dibenci oleh ayah kandungnya sendiri.  
“Keyla! Ayo pergi ke taman!” tiba-tiba sebuah peristiwa di masa lalu berputar kembali dalam benak Rendy. Kejadian tersebut berawal dari dirinya sendiri yang berseru kepada Keyla sambil berlari kecil dan menebarkan senyum lebar. “Tunggu aku, kakak!” Keyla ikut berseru sembari menyusul kakaknya. Pada saat itu, Keyla kecil masih bisa melihat indahnya dunia.
Sembari bersenandung kecil, mereka berdua lalu berjalan beriringan menuju taman. Saat itu hujan baru saja berhenti, dan tergantikan oleh berkas-berkas cahaya matahari yang samar-samar menembus awan mendung di atas sana.
“Keyla, aku yakin, sebentar lagi pasti akan ada pelangi. Itulah kenapa aku mengajakmu pergi ke taman. Biasanya pelangi akan tampak lebih indah di sana.” ucap Rendy sembari menggenggam tangan mungil adiknya. “Benarkah? Memangnya apa itu pelangi?” tanya Keyla seraya menatap kakaknya dengan mata berbinar, bagai bias cahaya matahari yang mengenai permukaan danau.
“Kau akan melihatnya nanti.” sahut Rendy, tak lupa dengan senyuman yang masih melekat pada wajahnya.
Mereka pun berjalan menuju taman  yang kini jaraknya tak terlalu jauh dari tempat mereka berpijak. Dan pada saat mereka sampai, Rendy hanya bisa memberikan senyuman kepada adiknya  yang terlihat bingung karena tak melihat apapun.
Saat itu, lengkungan berwarna-warni yang tidak berujung tak menghiasi langit sehabis hujan. Padahal Rendy begitu ingin menunjukkan keindahan pelangi pada adik kecilnya, dan begitu yakin kalau hari ini akan muncul pelangi di langit.  
“Kurasa kita harus menunggu.” Rendy dan Keyla pun menunggu dan terus menunggu. Sudah hampir satu jam mereka menunggu, dan sempat menikmati kehangatan sinar mentari di siang hari untuk sesaat. Namun, tiba-tiba awan kelabu kembali menutupi seluruh langit biru dan akhirnya, hujan kembali turun dan membuat mereka basah kuyup.
Satu hal penting yang sebenarnya tak diketahui oleh Rendy, yaitu pelangi tak akan muncul di siang hari. Garis melengkung yang indah itu biasanya akan muncul di pagi atau di sore hari.
“Kakak, sebaiknya kita pulang saja.” kata Keyla walaupun diliputi oleh sebersit rasa kecewa. Rendy mengangguk, dan juga merasa kecewa. Terlebih, saat dirinya menyadari bahwa yang ia katakan mengenai pelangi, tak dapat ia buktikan dengan baik kepada Keyla.
Rendy dan Keyla berlarian untuk kembali menuju rumah dengan cepat walaupun harus diguyur hujan. Sampai akhirnya, mereka harus menyeberangi jalananan lengang. Karena biasanya sedikit kendaraan yang melewati tempat itu, jadi mereka menyeberang tanpa menoleh sedikitpun atau secara sembarangan. Namun, maut memang selalu datang dengan tiba-tiba, dan di mana saja.   
Tepat pada saat itu, sebuah mobil melaju melewati jalan yang mereka sebrangi. Rendy sudah berada di ujung jalan, dan tanpa ia sadari, ternyata Keyla masih jauh di belakangnya. Keyla pun berlari untuk menyeberang. Dan saat ia berada pada langkah ke empat, sebuah mobil sedan berwarna hitam menabraknya. Seketika saat itu juga, dunia serasa berhenti. Rendy merasa jantungnya tak lagi berdetak.
Mengingat kejadian tersebut, membuat Rendy tak berani membicarakan apapun mengenai pelangi. Semua hal mengenai pelangi, akan membawanya menuju bayang-bayang saat kecelakaan yang dialami adiknya. Entah kenapa, kecelakaan itu membuat adiknya tak bisa lagi melihat apapun. Namun satu hal yang disyukuri oleh Rendy. Setidaknya, adiknya masih bisa bernafas walaupun harus hidup dalam kegelapan.
“Kakak, aku sangat penasaran dengan pelangi. Kau bilang itu berwarna, kau bilang itu melengkung dan tanpa ujung.” kata Keyla dan seketika membuyarkan lamunan senyap Rendy.
“Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.” akhirnya Rendy berhasil mengucapkannya, walaupun dengan nada setengah melamun.
Keyla semakin melebarkan senyumannya setelah mendengar jawaban dari kakaknya. “Baiklah, terima kasih, kakak.” ucap Keyla.
Rendy menatap adiknya dengan sedikit heran. Ia tak tahu mengapa adiknya itu berterima kasih kepadanya. Pada saat Rendy membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, adiknya tiba-tiba saja berkata, “Keyla sering bermimpi akhir-akhir ini. Keyla memimpikan sesuatu yang melengkung di langit dan tidak memiliki ujung. Keyla berpikir bahwa itu adalah pelangi. Namun, sesuatu yang melengkung itu tidak memiliki warna, sedangkan kakak berkata, kalau pelangi itu memiliki warna.”
“Keyla, maafkan kakak…, seharusnya kau membenciku.” kata Rendy dengan suara bergetar. Air mata telah menyeruak dan membasahi pipinya. Penyesalan meluap begitu saja, dan Rendy merasa tak akan bisa menahan semua rasa bersalahnya untuk selamanya.
Keyla menggelengkan kepalanya dengan tatapan kosong, namun bibir yang tersenyum. “Tidak, kakak. Terima kasih, karena sekarang Keyla akan bisa melihat pelangi yang sesungguhnya, walaupun dalam mimpi Keyla. Jadi, kakak tidak usah merasa bersalah.” Gadis itu berkata dengan polosnya. Mendengar hal itu, membuat Rendy merasa semakin bersalah, karena menyadari sebuah kenyataan bahwa adiknya hanya  bisa melihat sesuatu, hanya melalui mimpinya saja.
“Kakak,” tiba-tiba Keyla berkata dengan suara selembut sutra. Membuat pandangan Rendy hanya tertuju pada Keyla saja. “Jika aku mengagumi pelangi yang muncul setelah hujan, seharusnya aku bisa mencintai sesuatu sekali lagi setelah aku mengalami rasa sakit, bukan?”
Yang dikatakan oleh Keyla memang benar. Namun  hal itu tak sepenuhnya membuat Rendy merasa terhempas dari beban berupa penyesalan dan rasa bersalah. “Keyla, kau buta karena kakak. Kau begini karena kakak.”
“Tapi kak, orang buta masih bisa melihat di setiap mimpi mereka. Orang yang tak bisa berbicara bisa mengatakan sesuatu melalui bahasa tubuh. Orang yang tak bisa mendengar bisa mengetahui lawan bicaranya berbicara apa melalui gerakan mulut orang lain. Semua orang disabilitas, semuanya memiliki harapan. Semua orang di dunia ini, punya harapan, kak. Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.”
Kali ini Rendy hanya bisa terdiam karena kata-kata yang dilanturkan oleh adiknya sendiri.
“Kakak, jangan merasa bersalah lagi. Aku tidak apa-apa. Jangan menangis.” entah karena ikatan batin, atau Keyla bisa merasakan isak tangis kakaknya, gadis  itu berusaha menenangkan Rendy agar tidak menangis.
“Berjanjilah padaku, jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri atas semua kejadian di masa lalu.” Keyla mengacungkan jari kelingkingnya. Perlahan, seulas senyuman mulai tersungging pada wajah Rendy. Lelaki itu pun mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking adiknya, lalu berjanji.
“Tetap berada di samping Keyla, itu sudah lebih dari cukup. Jadi jangan pernah pergi, agar Keyla tidak sendiri. Jika kakak pergi, maka pelangi Keyla tak akan berwarna lagi.” ucap Keyla seraya berjanji.
Tepat pada saat jari kelingking mereka saling terkait, seberkas cahaya matahari menerangi pekarangan rumah. Hujan sudah mulai mereda. Awan kelabu yang menaungi permukaan bumi perlahan memudar. Namun sebelum langit biru menyingkirkan seluruh awan kelabu, sesuatu berwarna-warni menghiasi panorama di sore hari.
Pelangi muncul, tepat di depan Keyla dan Rendy saat ini tengah duduk. Warnanya sangat indah. Walaupun Keyla tak dapat melihatnya, namun dapat ia pastikan, malam ini ia tak akan memimpikan pelangi tanpa warna lagi.


***


Itu saja. sebenarnya, saya sendiri bingung plotnya itu seperti apa .-. hanya mengandalkan sedikit diksi yang itupun pas-pas'an. jadi, pantas saja cerpen ini..., ah sudahlah. 
oke, kalau gitu, aku undur diri dulu. hehehehe... see you ya! tunggu cerpenku selanjutnya!
Semoga bermanfaat dan terima kasih telah membaca readers semua! ^^






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages