5 Sesat Pikir yang Sering Terjadi dalam Perdebatan - My Life My Journey

What's New?

Kamis, 24 Juni 2021

5 Sesat Pikir yang Sering Terjadi dalam Perdebatan

Sering kali dalam sebuah perdebatan, entah itu kita sendiri atau lawan bicara mengucapkan argumen yang mengandung sesat pikir atau istilah lainnya adalah logical fallacy. Pernah dengar istilah tersebut? Intinya, logical fallacy adalah penalaran yang terdapat kesalahan atau kekeliruan di dalamnya. Seperti apa, sih? Yuk, langsung saja kita meluncur ke contoh kasusnya!



1. Tu Quoque (You too fallacy)

Pernah nggak sih dalam suatu perdebatan, diskusi, atau bahkan perang argumen di kolom komentar sebuah sosial media, kalian menyerang atau diserang dengan pernyataan, "Lah, kamu juga gitu." Tu quoque adalah bahasa latin yang berarti “anda juga”. Dalam pembicaraan, seringkali lawan bicara mengungkit tidakan kita sebagai alasan untuk tidak setuju dengan argumen yang kita buat. Contohnya seperti percakapan berikut:

A: “Jangan merokok! Bahaya!”

B: “Kamu juga dulu merokok.”

Kalau sudah tahu merokok itu bahaya, kenapa tetap mengikuti tindakan si A?


2. Ad Hominem

Tu quoque sendiri sebenarnya adalah tipe dari argumen ad hominem. Dalam sebuah perdebatan, ketika seseorang menyerang pribadi lawan bicaranya yang melenceng dengan pembahasan, maka hal itu menunjukkan terjadinya ad hominem fallacy. Contohnya bisa disimak pada percakapan berikut:

A: Kebijakannya si Anto kurang jelas dan ketat 

B: Ya apa yang kamu harapin dari orang cungkring kaya gitu

Tubuh yang dikatakan "cungkring" oleh si B sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebijakan Anto yang kurang jelas dan ketat. Alih-alih menyatakan argumen tentang kebijakan tersebut, si B malah menyerang pribadi Anto.


3. Hasty Generalization

Seperti sebutannya, sesat pikir tipe ini akan menggeneralisasi suatu data yang didapatkan. Misalnya saja, ada seseorang bernama Joko. Untuk pertama kalinya, ia pergi ke Jakarta dan berkenalan dengan beberapa orang Jakarta yang kaya atau secara finansial lebih baik dari dirinya. Kemudian, ketika ia kembali ke tempat asalnya, ia pun bercerita kepada keluarganya bahwa semua orang Jakarta itu kaya. Padahal, ada juga orang Jakarta yang masih kesulitan secara ekonomi. 


4. Straw Man

Straw man adalah sebutan untuk orang-orangan sawah yang fungsinya adalah untuk mengalihkan perhatian para burung agar tidak memakan padi-padi di sawah. Mirip dengan straw man fallacy yang akan mengalihkan topik pembicaraan secara sadar atau tidak menuju topik yang diinginkan oleh si pembuat fallacy. Dalam sebuah percakapan, misalnya si A sedang membahas tentang kesehatan, lalu si B malah bicara tentang ekonomi yang tidak ada sangkut pautnya dengan topik sebelumnya.


5. Circular Argument (petition principia)

Ketika suatu argumen tidak memiliki kesimpulan karena setiap premis hanya menjabarkan ulang premis sebelumnya, maka argumen ini dapat dikatakan sebagai circular argument. Dapat juga disebut sebagai petition principia yang berarti mengasumsikan pernyataan asalnya. Maka jika kita mendengar seseorang berkata, “Mencuri adalah sesuatu yang salah karena melanggar hukum. Hal itu melanggar hukum karena mencuri adalah sesuatu yang salah.” Sekilas memang terdengar benar. Namun, secara logika, pernyataan tersebut mengandung fallacy


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages